MENJAGA HATI DENGAN BAIK


MENJAGA HATI DENGAN BAIK
Amsal 4:23

Hati adalah sesuatu yang sangat penting di dalam organ tubuh manusia. Melalui hati manusia dapat membangun keintiman yang lebih kepada Tuhan. Namun melalui hati juga manusia bisa menaruh dendam kepada sesamanya. Itu sebabnya kita harus sangat hati-hati dengan hati kita. Mengapa? Ketika Tuhan Yesus lahir, para gembala sedang menggembalakan ternak. Lalu mereka melihat satu pemandangan yang luar biasa, yang baru mereka saksikan seumur hidup mereka. Di langit mereka lihat sesuatu yang luar biasa, yaitu para malaikat dan bala tentara sorgawi memuji-muji Tuhan, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!” (Lukas 2:8-13).
Kalau kita perhatikan perkataan malaikat dan bala tentara sorga itu, damai sejahtera adalah salah satu syarat menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus adalah Raja Damai itu sendiri. Dan yang pertama-tama harus ada di dalam hati kita adalah Dia (Raja damai tersebut), sampai orang lain dapat menyaksikan bahwa kita penuh dengan damai sejahtera. Ada senyum, kata-kata positif yang membangun dan memberkati.
Damai sejahtera itu adalah masalah hati. Karena itu hati-hati dengan hati kita! Oleh sebab itu penuhi hati kita dengan damai sejahtera, karena itu salah satu syarat menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Tidak peduli apakah seseorang itu berpangkat,  kaya bahkan mungkin sekali pendeta besar, kalau tidak memiliki damai sejahtera pastilah ia tidak berkenan
di hadapan Tuhan.
Tahun 2012 ini adalah tahun perkenanan Tuhan dan juga peperangan rohani dan Tuhan  memberikan nasehat kepada kita untuk tetap menjaga hati dalam menghadapi peperangan-peperangan tersebut melalui Ibrani 12:26-29 dan Hagai 2:6-9.
Untuk itu ada 3 hal yang harus kita perhatikan:
1.    Banyak Mengucap Syukur (1 Tesalonika 5:18)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18)
Kita hanya bisa mengucap syukur dalam segala hal dengan hati kita, bukan dengan pikiran kita.
• Pikiran kita akan berkata, “Lho saya tidak enak begini ko’ disuruh mengucap syukur? Mengucap Syukur  karena yang enak dong!”  ya... itulah pikiran.
• Tetapi hati kita bisa mengucap syukur dan berkata, “Tuhan, terima kasih, dalam keadaan yang enak maupun tidak enak saya mau dan tetap mengucap syukur. Karena rencana-Mu
adalah rencana yang terbaik untukku”.
2.    Beribadah Kepada Tuhan Dengan Cara yang Berkenan Kepada-Nya
Kita harus beribadah kepada Allah kita dengan cara yang berkenan, dengan hormat dan takut.
Caranya;
a. Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”  
Yang terpenting dalam kehidupan kita adalah menjaga kerohanian kita tetap hidup, baru kita bisa hidup kudus. Sebab kalau kerohanian kita sudah mati; itu sudah tidak bisa. Setelah kudus baru berkenan, kalau tidak kudus artinya tidak berkenan. Kuncinya, persembahkan
yang hidup dan kudus bukan yang mati.

    Amsal 4:23 berkata: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar  kehidupan.” Kalau kita mau mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, maka hatinya harus bersih. Ini tetap berbicara tentang hati. Oleh sebab itu, sekali lagi, hati-hati dengan hati kita!

b. Roma 12:2 berkata: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kita harus memakai pikiran Kristus supaya kita mengetahui manakah kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Kalau kita tidak memakai pikiran Kristus melainkan pikiran kita sendiri, maka kita tidak akan tahu kehendak Allah. Mungkin kita mempunyai sebuah pendapat yang sangat baik, hal itu tidak jadi masalah. Tapi harus diingat bahwa hal itu  hanyalah sebuah  good idea (ide yang baik) dan bukan God’s idea (idenya Tuhan). Kalau kita mau mengetahui kehendak Allah, pakailah pikiran Kristus! Untuk bisa memakai pikiran Kristus, kita harus dipenuhi dengan Roh Kudus.
Pada waktu kita percaya Yesus, Roh Kudus ada di dalam kita dan memeteraikan kita, selanjutnya kita harus meningkatkan kepenuhan Allah Roh Kudus di dalam diri kita.

Yehezkiel 47:1-5 mengilustrasikan tingkatan-tingkatan kepenuhan Roh Kudus sebagai berikut:
• Sepergelangan kaki. Ketika kita kepenuhan Roh Kudus sebatas pergelangan kaki, jika air yang dari Bait Suci itu deras mengalir kira-kira masih bisakah kita bergerak bebas melawan aliran air tersebut? Tentu bisa!
• Selutut. Demikian pula jika dipenuhi Roh Kudus sebatas lutut, kita masih bisa bergerak
bebas melawan arus meskipun agak berat.
• Sepinggang. Orang yang dipenuhi Roh Kudus sebatas pinggang tetap masih bisa berge-rak melawan arus, walaupun semakin berat dibandingkan sebatas pergelangan kaki atau selutut.
• Tenggelam. Orang yang dipenuhi Roh Kudus sampai tenggelam, dia sudah tidak bisa lagi bergerak melawan arus yang deras tadi. Dia hanya bisa berenang mengikuti arus, sebab dia tahu bahwa berenang melawan arus adalah usaha yang sia-sia. Dengan mengikuti arus artinya kita memakai pikiran-Nya Kristus dan bukan pikiran kita sendiri lagi.   
Karena itu di sisa tahun ini dan memasuki tahun 2013, Tuhan berkata, “Engkau harus semakin dalam dengan Aku!” Saya berdoa biar setiap kita dipenuhi Roh Kudus jangan hanya sebatas pergelangan kaki saja, tetapi naik ke lutut dan terus ditingkatkan sebatas pinggang dan sampai akhirnya tenggelam. Dan pada saat itulah kita akan mengetahui apa yang Tuhan kehendaki. Saudara pasti akan berbahagia karena  mengalami perkenanan yang Tuhan sediakan bagi setiap anak-anak-Nya yang berkenan kepada-Nya.

3.    Jangan Mudah Takut.
Dalam menghadapi goncangan-goncangan itu, Tuhan berkata, ”Janganlah takut! Janganlah takut!” Setiap manusia pernah mengalami ketakutan dan kita menganggap itu sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Namun tidak demikian dengan Tuhan, firman Tuhan berkata, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna di dalam Kasih.” (1 Yohanes 4:18).
Firman Tuhan juga berkata bahwa Allah adalah kasih. Kalau begitu kita bisa berkata, “Tuhan,… penuhi hati saya dengan kasihMu, Tuhan... Penuhi saya dengan pribadi-Mu!”
Kalau kita bisa terapkan hal ini, maka kita akan mengalami bahwa rasa takut tersebut tiba-tiba bisa hilang! Mengapa? Karena di dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Puji Tuhan!
By. Pdm. Sondang Simamora

Komentar

Postingan Populer